Tips Menjaga Kesehatan Mental Pekerja Migran di Masa Pandemi Covid-19

Setiap individu tidak hanya fokus menjaga kesehatan fisik di masa pandemi Covid-19. Namun, kesehatan mental juga perlu dijaga seiring dengan bertambahnya kasus positif Covid-19. Pandemi ini melanda berbagai negara di dunia termasuk Malaysia. Penularan virus Corona ini begitu cepat kepada satu orang kepada yang lain.

Saat ini pemerintah melakukan pembatasan aktivitas masyarakat termasuk kebijakan lockdown. Pemerintah berbagai negara pun menerapkan berbagai kebijakan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Hal ini mengakibatkan perkantoran dan berbagai sektor memberlakukan Work From Home (WFH). Bahkan, sekolah-sekolah harus ditutup dan para siswa hingga mahasiswa juga belajar di rumah.

Pandemi sudah berlangsung lebih dari satu tahun tidak hanya berdampak kehilangan pekerjaan, kesulitan ekonomi, kehilangan sanak saudara akibat Covid-19 tetapi sampai dampak psikologis. Tentu saja ada rasa bosan, lelah, stres dan lama kelamaan kesehatan mental terganggu.

Kondisi Psikologis

Saat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah memang tidak mudah bagi sebagian orang yang terbiasa sibuk di kantor atau di lapangan. WFH dalam kurun waktu yang lama juga akan memicu rasa gelisah, kecemasan, hingga stres. Apalagi ada banyak informasi tentang situasi pandemi Covid-19. Kesehatan mental dan fisik harus seimbang agar terhindar pula dari sakit.

Ada berbagai keterampilan dasar pertolongan pertama psikologi yang dapat diterapkan oleh siapapun termasuk pekerja migran Indonesia (PMI). Di tengah penatnya aneka masalah akibat pandemi Covid-19, berikut cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental:

Psychological First Aid (PFA)

PMI dapat melakukan pertolongan pertama untuk mengatasi dampak psikologi. Bantuan diberikan kepada individu, keluarga serta masyarakat yang menderita karena mengalami peristiwa seperti bencana, keadaan darurat dan krisis. PFA merupakan bantuan konseling untuk mengurangi reaksi stres karena seseorang mengalami situasi yang di luar kendalinya. PFA dapat berlangsung secara personal maupun kelompok. Seseorang akan membantu menjadi pendengar yang baik.

Seseorang akan merasa lebih tenang dan nyaman saat keluahannya didengarkan oleh orang lain. Pendengar juga berupaya mendapatkan gambaran lengkap dari seseorang yang membutuhkan bantuannya. Kadang kala orang yang lelah dan stres hanya perlu diperhatikan namun jangan sampai timbul rasa diinterogasi. Pendengar juga tidak akan menasehati bahkan sampai menghakimi.

Cari orang yang dapat dipercaya atau memang ahlinya untuk melakukan PFA. Belakangan ada banyak lembaga sosial atau organisasi yang menawarkan konsultasi gratis bagi orang-orang mengalami masalah psikologis terlebih krena menghadapi situas pandemi Covid-19.

Terapi untuk Stabilkan Emosi

Jin Shin Jyutsu (JSJ) merupakan salah satu terapi untuk menstabilkan emosi. PMI dapat melakukan teknik pemijatan tersebut di rumah. Pemijatannya hanya dengan memijat bagian jari-jari sesuai dengan kondisi yang tengah dihadapi saat ini. Terapi ini diperkenalkan oleh Greg Jakaria. JSJ merupakan terapi tradisional dari Jepang Kuno yang dapat mengatasi masalah kesehatan serta kontrol emosi. Cukup dengan memberikan sentuhan lembut pada jari-jari tangan kita.

Berikut teknik pijat JSJ yang dapat dicermati dan dipraktekkan sendiri:

• Jempol: membantu mengatasi depresi, kebencian, obsesi, kecemasan, kelelahan fisik, untuk bagian belakang kepala, pernapasan, dan gangguan pencernaan.
• Telujuk membantu mengatasi rasa takut, kebingungan, depresi, perfeksionisme, frustrasi, masalah pencernaan, ketidaknyamanan pada pergelangan tangan/siku/lengan atas.
• Jari tengah dapat membantu mengatasi rasa marah, mudah, tersinggung, ragu-ragi, tidak stabil, tidak waspada, terlalu emosional, kelelahan, masalah mata, ketidaknyamanan di area dahi.
• Jari manis membantu mengatasi perasaan sedih, negatif, pernapasan, ketidaknyamanan di telinga.
• Kelingking dapat membantu mengatasi: rasa tidak aman, gugup, bingung, menegangkan saraf, mengurangi kembung, tahap awal sakit tenggorokan.

Prinsip kerja terapi JSJ sangatlah sederhana, yakni teradapat berbagai tombol-tombol atau titik khusus pada tubuh kita yang mampu memulihkan berbagai keluhan fisik. Hal itu karena adanya hubungan di dalam sistem peredaran darah, syaraf jari yang terhubung langsung dengan organ dalam tubuh kita. Tiap jari memiliki hubungan yang spesifik dengan organ dalam. Jika lelah, cemas, pusing dan lainnya cukup berikan sentuhan pada jari-jari.

Olahraga

Cara untuk menjaga psikologis pekerja migran dengan tetap melakukan olahraga. Situasi pandemi ditambah dengan berbagai tekanan tentu saja membuat pikiran kacau dan hati tidak tenang. Olahraga penting dilakukan untuk kesehatan mental kita selain itu dapat meningkatkan hormon endorfin. Luangkan waktu 30 menit setiap hari untuk berolahraga intensitas sedang, seperti berlari, jalan kaki, bersepeda, zumba, dan lainnya. Olahraga bermanfaat untuk memperbaiki suasana hati, memperbaiki kualitas tidur, meredakan kecemasan, serta meningkatkan konsentrasi.

Latihan pernapasan/meditasi

Penting sekali untuk melatih pernapasan, pikiran yang tenang, suasana hati baik melalui meditasi. Buat tubuh dan pikiran jadi rileks. Saat melakukan meditasi, perlahan masukkan kata-kata yang positif sehingga bisa sesuai yang diinginkan. Ucapkan dalam hati kata-kata yang bisa menangkankan misalnya, sabar. Ucapkan kata tersebut dalam hati sampai benar-benar terasa menenangkan. Hal ini dapat membangun energi dan pikiran positif dari diri sendiri.

Itulah pertolongan pertama yang dapat dilakukan PMI ketika menghadapi situasi yang berdampak buruk kesehatan mental. Nah, demi menghemat waktu untuk melakukan aneka transaksi yang mengharuskan keluar rumah, kini ada aplikasi Qelola. Gunakan aplikasi Qelola untuk membayar tagihan listrik, air, beli pulsa, hingga transfer uang untuk keluarga di Indonesia. Hanya dengan mengunduh aplikasi Qelola ada banyak manfaat yang dirasakan.

Tags: buruh migran, gangguan kesehatan mental, kondisi psikologis, latihan pernapasan, mengatasi gangguan mental, menjaga kesehatan mental, pekerja migran indonesia, pentingnya kesehatan mental